Penulis : Muhamad Indra Gani, S.Kom
Banyak perusahaan di Indonesia belakangan ini ramai-ramai memutus hubungan kerja dengan karyawan dari generasi terbaru, Generasi Z. Fenomena ini menjadi sorotan utama, baik di dunia profesional maupun di kalangan pengamat sosial, karena tingginya tingkat turnover di kalangan pekerja muda ini. Sebagai generasi yang tumbuh dalam era teknologi dan media sosial, Generasi Z dikenal dengan karakteristik yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Namun, ternyata, karakter dan sikap yang mereka bawa ke dunia kerja juga erat kaitannya dengan pola asuh yang diterima sejak dini di rumah.
Bapak/Ibu yang terhormat, fenomena ini harus dilihat secara mendalam, terutama dari sisi bagaimana orang tua memainkan peran kunci dalam pembentukan mentalitas anak-anak yang kelak memasuki dunia kerja. Pola asuh di rumah memiliki dampak langsung terhadap cara anak-anak ini berperilaku dan berinteraksi di lingkungan kerja. Beberapa pola asuh yang sering ditemukan pada Generasi Z dan menjadi penyebab masalah di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Orang Tua Kalah terhadap Anak
Orang tua yang menghadapi kesulitan dalam mendisiplinkan anak sering kali akhirnya menyerah. Misalnya, ketika anak marah karena dibangunkan tidur pagi untuk ke sekolah atau mengikuti aktivitas lain, banyak orang tua yang memilih untuk mengalah demi menghindari konflik. Sikap ini tanpa disadari dapat membentuk mentalitas anak yang kurang bertanggung jawab dan mudah menyerah saat menghadapi tekanan di tempat kerja. Dalam dunia kerja, sikap ini diterjemahkan menjadi ketidakdisiplinan dan kesulitan dalam mengikuti aturan perusahaan, yang pada akhirnya merugikan karyawan itu sendiri dan perusahaan.
2. Terlalu Memanjakan Anak
Pola asuh yang terlalu memanjakan anak—di mana setiap keinginan anak selalu dipenuhi tanpa syarat—dapat membuat anak tumbuh dengan mentalitas yang kurang tangguh. Mereka tidak terbiasa dengan kegagalan atau tantangan, karena selama ini selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa usaha keras. Akibatnya, saat mereka menghadapi masalah di dunia kerja, mereka cenderung mudah merasa frustrasi, tidak mampu beradaptasi, atau bahkan menyerah dengan cepat.
3. Kurangnya Perhatian terhadap Masalah Anak
Beberapa orang tua, karena kesibukan pekerjaan atau alasan lainnya, mungkin tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap masalah yang dihadapi anak. Padahal, masalah emosional atau sosial yang diabaikan sejak dini dapat berdampak besar pada kemampuan anak dalam bersosialisasi dan beradaptasi di dunia kerja. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, atau menerima kritik adalah masalah yang sering ditemui pada Generasi Z di tempat kerja.
4. Fokus Orang Tua Hanya pada Pekerjaan dan Uang
Banyak orang tua yang terlalu fokus pada karier dan penghasilan sehingga mengabaikan aspek emosional dan moral anak. Hal ini membuat anak merasa kurang diperhatikan dan tumbuh dengan pemahaman bahwa keberhasilan hanya diukur dari materi. Akibatnya, anak-anak ini mungkin tumbuh tanpa pengertian yang mendalam tentang pentingnya kerja keras, tanggung jawab, dan etika kerja, yang sangat dibutuhkan di dunia profesional.
Solusi untuk Orang Tua dalam Mendidik Anak Generasi Z
Untuk mencegah masalah yang lebih serius di kemudian hari, orang tua perlu lebih aktif dan terlibat dalam proses pengasuhan anak. Berikut adalah beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk membantu anak-anak, terutama Generasi Z, menjadi pribadi yang lebih siap menghadapi dunia kerja dan kehidupan yang penuh tantangan:
1. Menerapkan Pendidikan Disiplin dengan Konsisten
Disiplin adalah kunci penting dalam membentuk karakter anak. Orang tua perlu menegakkan aturan yang jelas di rumah dan konsisten dalam menerapkannya. Misalnya, bangun pagi, mengikuti jadwal belajar, dan menyelesaikan tugas rumah tangga adalah tanggung jawab dasar yang harus dipenuhi. Sikap disiplin ini akan membantu anak memahami pentingnya tanggung jawab dan waktu, yang sangat dibutuhkan di tempat kerja nanti.
2. Mengajarkan Mentalitas Tangguh
Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan. Alih-alih selalu memanjakan anak dengan memberikan apa pun yang mereka inginkan, orang tua sebaiknya mendorong mereka untuk berusaha mencapai sesuatu dengan jerih payah mereka sendiri. Anak-anak yang diajarkan untuk mengatasi masalah dan tantangan dengan mandiri akan tumbuh menjadi individu yang lebih kuat dan siap menghadapi tekanan di dunia kerja.
3. Membangun Hubungan Emosional yang Sehat
Orang tua perlu lebih hadir secara emosional dalam kehidupan anak-anak mereka. Mendengarkan masalah mereka, memberikan nasihat, dan menjadi tempat curhat yang nyaman bagi anak-anak akan membantu mereka membentuk kestabilan emosional yang baik. Ini penting untuk membangun kemampuan komunikasi dan kerja sama mereka di tempat kerja. Anak yang merasa didukung secara emosional akan lebih mudah beradaptasi dan bekerja dengan orang lain.
4. Mengajarkan Nilai-nilai Non-Material
Orang tua perlu mengajarkan bahwa kesuksesan hidup bukan hanya soal uang atau jabatan, tetapi juga tentang etika, kerja keras, dan tanggung jawab. Dengan memberikan contoh langsung melalui tindakan sehari-hari, seperti membantu orang lain, menghormati aturan, dan bekerja keras tanpa pamrih, orang tua bisa menanamkan nilai-nilai yang akan membantu anak bertahan di dunia kerja yang kompetitif.
5. Kolaborasi dengan Sekolah dan Lingkungan Sosial
Orang tua perlu bekerja sama dengan pihak sekolah dan lingkungan sosial anak untuk mendukung pembentukan karakter yang positif. Orang tua bisa terlibat aktif dalam kegiatan sekolah, mendiskusikan perkembangan anak dengan guru, dan menciptakan lingkungan yang mendukung di rumah. Selain itu, membatasi paparan gadget dan media sosial juga bisa menjadi cara efektif untuk membentuk kebiasaan yang lebih sehat.
6. Mengajarkan Soft Skills Sejak Dini
Soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, kerja sama, dan manajemen emosi sangat penting dalam dunia kerja. Orang tua bisa membantu anak mengembangkan keterampilan ini melalui kegiatan sehari-hari, seperti diskusi keluarga, bekerja dalam tim dalam aktivitas rumah, atau melibatkan mereka dalam kegiatan sosial. Keterampilan ini akan sangat membantu anak-anak menghadapi dunia kerja yang penuh dinamika.
Kesimpulan
Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk karakter Generasi Z. Pola asuh yang seimbang antara disiplin dan kasih sayang akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang lebih siap secara mental dan emosional untuk menghadapi dunia kerja yang penuh tantangan. Dengan pendekatan yang tepat, masalah pemecatan Generasi Z di perusahaan dapat diminimalkan, dan generasi ini bisa memberikan kontribusi yang lebih besar di dunia profesional.
Orang tua adalah fondasi utama yang membentuk masa depan anak-anak mereka. Oleh karena itu, perhatian dan keterlibatan aktif dalam pengasuhan adalah kunci untuk membentuk generasi pekerja yang lebih tangguh, bertanggung jawab, dan sukses.